Footprints

When GOD opened the window of HEAVEN, HE saw me & ask, "What you wish for today?..." I said, "LORD... please take care of the person who read this message"

Keputusan Sang Ayah

| 2 April 2009 |


Setelah beberapa lagu pujian dinyannyikan seperti biasanya pada hari minggu, pembicara gereja bangkit berdiri dan perlahan-lahan berjalan menuju mimbar dan berkotbah.

“ Seorang ayah dan anaknya serta teman anaknya pergi berlayar ke Samudera Pasifik “, dia memulai, “ ketika dengan cepat badai mendekat dan menghalangi jalan untuk kembali ke darat. Ombak sangat tinggi, sehingga meskipun sang ayah seorang pelaut yang berpengalaman, ia tidak dapat lagi mengendalikan perahu sehingga mereka bertiga terlempar ke lautan. “

Pengkotbah berhenti sejenak dan memandang mata dua orang remaja yang mendengarkan cerita tersebut dengan penuh perhatian. Dia melanjutkan, “ Dengan menggenggam tali penyelamat, sang ayah harus membuat keputusan yang sangat sulit dalam hidupnya . Kepada anak mana ia akan melempar tali penyelamat itu. Dia hanya mempunyai waktu beberapa detik untuk mengambil keputusan. “

Sang ayah tahu bahwa anaknya adalah seorang pengikut Kristus, dan ia tahu bahwa teman anaknya bukan. Pergumulan yang menyertai proses pengambilan keputusan ini tidaklah dapat dibandingkan dengan gelombang ombak yang ganas. Ketika sang ayah berteriak, “ Aku mengasihi engkau, anakku!” dia melemparkan tali itu kepada teman anaknya. Pada waktu ia menarik teman anaknya ke sisi perahu, anaknya telah menghilang hanyut di telan gelombang dalam kegelapan malam. Tubuhnya tidak lagi ditemukan lagi. “

Ketika itu dua orang remaja yang duduk di depan, menantikan kata-kata berikut yang keluar dari mulut sang pembicara. “ Sang ayah,” si pembicara melanjutkan, “ tahu bahwa anaknya akan masuk ke dalam kekekalan dan diselamatkan oleh Yesus, dan dia tidak sanggup membayangkan jika teman ayahnya melangkah dalam kekekalan tanpa Yesus. Karena itu ia mengorbankan anaknya sendiri. Betapa besar kasih Allah, sehingga Ia melakukan hal yang sama kepada kita. “ Sang pembicara kembali ke tempat duduknya sementara keheningan memenuhi ruangan.

Beberapa saat kemudian, dua remaja yang duduk di sisi pembicara. “ Cerita yang menarik, “ seorang remaja memulai pembicaraan dengan sopan, “ tapi saya pikir tidaklah realistis bagi sang ayah untuk mengorbankan hidup anaknya hanya dengan berharap bahwa teman anaknya akan menjadi seorang pengikut Kristus. “

“ Benar, engkau benar sekali, “ jawab pembicara. Sebuah senyum lebar menghiasi wajahnya dan kemudian dia memandang kedua remaja tersebut dan berkata, “ Tentu saja itu tidak realistis bukan? Tapi saya disini untuk memberitahu kalian behwa cerita itu membuka mata saya tenteang apa yang sesungguhnya terjadi ketika Tuhan memberikan Anak-Nya untuk saya. Engkau tahu… sayalah teman anak itu. “


Tuhan memberkati...



10 komentar:

arie tampan mengatakan...

ceritanya sangat menyentuh bro.. thx Gbu

irawan mengatakan...

great story... God Bless

Fajar mengatakan...

wah postinganmu keren bro.. ceritanya sangat bagus dan menyentuh... Gbu

Tulus mengatakan...

wah bagus banget artikelnya.. makasih ya telah posting, benar-benar menguatkan

arizona mengatakan...

sangat menguatkan, memberi pengertian yang baru tentang pengorbanan Kristus di kayu salib, apalagi dah mendekati hari Paskah... Gbu

Sari mengatakan...

sungguh kasih Tuhan tiada duanya... mengorbankan anak-Nya untuk keslamatan kita, God You'r so great and i love You God

Forex mengatakan...

really great post!! God is good

sony mengatakan...

benar-benar cerita yang luar biasa.. dan lebih luar biasa kasih Allah kita.

ochez mengatakan...

bro..aq baca ini malah mrinding bro...ning gitok welcome..trz post bro!!!

Chika mengatakan...

benar-benar cerita yang memberkati

Posting Komentar

followers

Archive