Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga (II Tim 2 : 5)
Menyaksikan pembukaan pertandingan sepakbola dalam rangka kejuaraan dunia yang disiarkan TV merupakan hal yang menarik. Pertandingan perdana yang mengawali sebulan pertandingan -pertandingan sepakbola yang selalu menyebabkan orang-orang mengalami demam komunal. Yang lebih menarik lagi dari pertandingan saat itu adalah bagaimana Perancis, sebagai juara dunia bertahan bisa dikalahkan oleh kesebelasan Senegal yang kurang diperhitungkan. Pencetak gol tunggal dari Senengal itu sebenarnya pemain sepakbola dari salah satu kesebelasan Perancis, dan kesebelasan Senegal dilatih oleh pelatih asal Perancis. Jadi siapakah yang menang, Perancis atau Senegal? Secara resmi memang kesebelasan Senegal yang menang, namun dibalik itu orang-orang menyadari bahwa Perancis adalah gudang pemain-pemain yang punya kemampuan bermain sepak bola yang tangguh.
Namun, dibalik itu ada hal menarik yang dapat kita pelajari. Orang tidak lagi mempersoalkan warna kulit atau agama, semua bisa bermain dengan sportif demi nama negara mereka. Demikian juga pertandingan-pertandingan yang digelar diikuti oleh manusia di seluruh dunia, baik yang datang ke Korea maupun ke Jepang maupun yang diam di rumah-rumah. Pada waktu itu mereka semua gembira menyaksikan pesta olahraga yang digelar secara internasional tersebut. Sebenarnya umat manusia bisa belajar dari even-even olahraga yang begitu indah, dimana latar belakang kesukuan atau agama tidak dipermasalahkan demi membawa nama negara.
Peristiwa yang sama kita hadapi di Indonesia dimana piala Thomas Cup dipertahankan, dan para pemain regu Indonesia tidak mensyaratkan harus dari suku, ras, golongan atau agama apa. Yang berprestasi dan yang rela mengorbankan waktu demi tanah airlah yang layak membawa bangsa ini kepada kehormatan bersama. Kita dapat belajar banyak dari peristiwa-peristiwa olahraga tersebut dimana manusia belajar untuk menghargai pihak yang berbeda dengan dia dan sama-sama membela negara yang dilakukan bukan dengan senjata atau kekerasan namun dengan ketekunan berlatih dan disiplin diri.
Negara-negara yang berpikir sektaris umumnya dilanda kemelut perbedan yang tak kunjung berakhir, baik kemelut perbedaan kesukuan, agama, ras, dan antar golongan, namun bila kita dapat bercermin pada sportifitas pertandingan olahraga dan melihat bagaimana para penonton di seluruh dunia bergembira bersama.
Namun Rasul Paulus melihat beberapa hal yang bisa ditiru dari bidang olahrraga, yaitu ketekunan berlatih untuk mencapai keberhasilan, lebih mengutamakan bangsa dan negara daripada kepentingan kelompok dan diri sendiri, dan lebih dari itu sportifitas untuk mengikuti peraturan-peraturan yang telah digariskan. Dalam kehidupan kebangsaan, bila semangat yang sama ditegakkan, maka akan indah sekali hasilnya. Semua energi digunakan dengan ketekunan untuk membela bangsa dan negara, dan bagi bangsa dan negara ada perangkat hukum dan peraturan yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus diikuti. Maka, bila semua berjalan demikian, keberhasilan hidup kebangsaan dan kenegaraan akan tecapai dan kalau itu tercapai, maka kehidupan masing-masing pribadi akan mengalami keberhasilan dan sukacita pula sebagai dampaknya.
Lebih dari itu dalam suratnya yang pertama kepada Timotius, Rasul Paulus juga mengingatkan bahwa sebenarnya ibadah memiliki kelebihan yang ideal dari olahraga. Olahraga hasilnya bersifat sementara, Perancis yang dahulu juara sekarang kehilangan gelarnya, namun perharapan dalam ibadah itu kekal. Rasul Paulus berkata, "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguana dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (I Tim 4 : 7b-8).
Bila untuk olahraga bersifat duniawi dan sementara, manusia bersedia berlatih dengan tekun, maka untuk ibadah dengan pengharapannya yang kekal - bukan hanya untuk kehidupan di dunia fana ini namun sampai kehidupan kekal dalam alam baka - selayaknya kita berlatih dengan lebih tekun dan giat lagi menjelang hari Tuhan yang mendekat.
2 komentar:
bertekun n berlatihlah utk menjadi pasukan2 Allah yg akan dipakai luar biasa. . .GB
ayuh bertanding sampai garis akhir dengan menurut peraturan pertandingan iman
Posting Komentar