Mark Inglis, seorang warga New Zealand yang senang mendaki gunung, sejak usia 12 tahun sudah punya cita-cita untuk menaklukan Mount Everest, puncak gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian 8848 meter dari permukaan laut. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, ia bergabung dengan tim SAR Mt. Cook Nationa Park, New Zealand.
Sayang tahun 1982, ketika sedang mendaki Mount Cook, gunung tertinggi di New Zealand, ia terjebak dalam udara yang sangat dingin selama 2 minggu. Akibatnya kedua kakinya mengalami radang dan terpaksa diamputasi. Ia sempat berpikir bahwa ia tidak akan bisa mendaki gunung lagi. Saat itu ia baru berusia 23 tahun.
Namun setelah Mark mendapat kaki palsu, keinginannya untuk menaklukan puncak-puncak gunung tertinggi muncul lagi. Untuk menumbuhkan semangatnya kembali, ia mulai melibatkan diri dalam kompetisi untuk penyandang cacat dan ia berhasil menyabet beberapa mendali. Berkat-berkat kompetisi yang ia ikuti, akhirnya di tahun 2002, ia memberanikan diri mendaki Mount Cook dengan kaki palsunya dan ia sukses. Empat tahun kemudian, tahun 2006 saat berusia 47 tahun, ia berhasil manapakan kaki di puncak Cho Oyu yang merupakan puncak tertinggi kedua di dunia.
Dengan bekal itu, Mark berniat menaklukan Mount Everest, April 2006 lalu. Ia memulai ekspedisinya dari Lasa, Tibet. Ia berkata kepada Kyodo News, "Saya harus menunggu 24 tahun untuk menumbuhkan kepercayaan diri saya, sebelum saya mewujudkan cita-cita masa kecil saya, mendaki Everest. Bagi saya, mendaki Everest akan memberi semangat baru dalam hidup saya untuk menaklukan hal yang lain."
Kaki merupakan bagian tubuh terpenting bagi pendaki gunung. Sekalipun kedua kaki Mark Inglis telah diamputasi dan diganti dengan kaki palsu, semangatnya untuk menaklukan gunung tertinggi di dunia tidak sirna. Ia menunggu cukup lama (24 tahun) untuk memulihkan kepercayaan dirinya. Sementara itu ia berusaha menaklukan sasaran antara lain, yaitu Mt. Cook, yang merupakan puncak gunung tertinggi di New Zealand dan gunung Cho Oyu yang merupakan gunung tertinggi kedua di dunia. Akhirnya, melalui perjuangan keras dan ketekunan, Mei 2006, ia berhasil mewujudkan mimpinya yang sempat tertunda lama karena kakinya diamputasi.
Rintangan, kesulitan dan kehilangan "kaki" tidak harus menghentikan mimpi kita. Kalau kita tetap memiliki semangat yang bergelora dan antusiasme, kita pasti dapat mewujudkan mimpi yang tertunda.
Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan, namun tidak binasa. Sayang tahun 1982, ketika sedang mendaki Mount Cook, gunung tertinggi di New Zealand, ia terjebak dalam udara yang sangat dingin selama 2 minggu. Akibatnya kedua kakinya mengalami radang dan terpaksa diamputasi. Ia sempat berpikir bahwa ia tidak akan bisa mendaki gunung lagi. Saat itu ia baru berusia 23 tahun.
Namun setelah Mark mendapat kaki palsu, keinginannya untuk menaklukan puncak-puncak gunung tertinggi muncul lagi. Untuk menumbuhkan semangatnya kembali, ia mulai melibatkan diri dalam kompetisi untuk penyandang cacat dan ia berhasil menyabet beberapa mendali. Berkat-berkat kompetisi yang ia ikuti, akhirnya di tahun 2002, ia memberanikan diri mendaki Mount Cook dengan kaki palsunya dan ia sukses. Empat tahun kemudian, tahun 2006 saat berusia 47 tahun, ia berhasil manapakan kaki di puncak Cho Oyu yang merupakan puncak tertinggi kedua di dunia.
Dengan bekal itu, Mark berniat menaklukan Mount Everest, April 2006 lalu. Ia memulai ekspedisinya dari Lasa, Tibet. Ia berkata kepada Kyodo News, "Saya harus menunggu 24 tahun untuk menumbuhkan kepercayaan diri saya, sebelum saya mewujudkan cita-cita masa kecil saya, mendaki Everest. Bagi saya, mendaki Everest akan memberi semangat baru dalam hidup saya untuk menaklukan hal yang lain."
Kaki merupakan bagian tubuh terpenting bagi pendaki gunung. Sekalipun kedua kaki Mark Inglis telah diamputasi dan diganti dengan kaki palsu, semangatnya untuk menaklukan gunung tertinggi di dunia tidak sirna. Ia menunggu cukup lama (24 tahun) untuk memulihkan kepercayaan dirinya. Sementara itu ia berusaha menaklukan sasaran antara lain, yaitu Mt. Cook, yang merupakan puncak gunung tertinggi di New Zealand dan gunung Cho Oyu yang merupakan gunung tertinggi kedua di dunia. Akhirnya, melalui perjuangan keras dan ketekunan, Mei 2006, ia berhasil mewujudkan mimpinya yang sempat tertunda lama karena kakinya diamputasi.
Rintangan, kesulitan dan kehilangan "kaki" tidak harus menghentikan mimpi kita. Kalau kita tetap memiliki semangat yang bergelora dan antusiasme, kita pasti dapat mewujudkan mimpi yang tertunda.
(II Kor 4 : 8-9)
3 komentar:
wujudkan mimpimu... bersama Tuhan tiada yang mustahil!!!!!
jangan pernah menyerah.. tetep semangat!!!
ayo semangat anak-anak, masak kalah sama orang yang kakinya palsu, kita harus lebih semangat dari orang-orang seperti ini karena kita masih sehat dan sempurna... Gbu
Posting Komentar